e-EDUCATION / e-LEARNING : ANTARA INOVASI PEMBELAJARAN DAN KETERBATASAN IMPLEMENTASI DI SUMATERA SELATAN
TUGAS AKHIR SEMESTER OLEH :
NAMA : MUGIARSIH
NIM : 10251022 D
KONSENTRASI : MANAJEMEN PENDIDIKAN
MATA KULIAH : MANAJEMEN SISTEM INFORMASI
DOSEN PENGASUH : M. IZMAN HERDIANSYAH, MM, Ph.D
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN ANGKATAN XV UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG 2010
Abstrak
Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi di bidang pendidikan (e-education) saat ini menjadi kebutuhan yang tak bisa dielakkan. Penerapan e-education merupakan terobosan besar di dunia pendidikan yang terbukti mampu meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak kontribusi positif bagi aktifitas dan proses pendidikan.salah satu implikasi dalam impelemnatasi e-education adalah fasilitas jaringan international network (internet). Keberadaan internet sendiri mampu menembus keterbatasan yang selama ini terjadi dalam penggunaan konsep manual. Melalui internet memungkinkan seseorang dapat mengakses berbagai informasi dari seluruh penjuru dunia.
Melalui fasilitas internet memungkinkan seluruh perangkat pendidikan untuk saling berinteraksi. Informasi yang diwakilkan oleh komputer yang terhubung dengan internet sebagai media utamanya telah mampu memberikan kontribusi yang sedemikian besar bagi proses pendidikan.
Peranan e-education yang begitu banyak memberi kontribusi positif idealnya harus diterapkan di semua lini pendidikan di Indonesia. Dari pendidikan dasar, menengah hingga ke pendidikan tinggi. Dari perdesan hingga perkotaan. Namun pada kenyataannya penerapan pendidikan berbasis elektronik secara merata di tanah air bukan tanpa kendala alias tidak semudah membalikkan telapan tangan. Banyak sekali kendala di Indonesia yang menyebabkan IT dan Internet belum dapat digunakan seoptimal mungkin pada institusi pendidikan.
Salah satu penyebab utama adalah kurangnya ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) atau brainware, serta sejumlah kendala krusial lainnya, seperti proses transformasi teknologi, infrastruktur telekomunikasi dan perangkat hukumnya yang mengaturnya. Soalnya, infrastruktur hukum yang melandasi operasional pendidikan di Indonesia belum cukup memadai untuk menampung perkembangan baru berupa penerapan IT untuk pendidikan ini. Apalagi, seperti diketahui bahwa Cyber Law (undang-undang tentang dunia maya (internet-red)) belum diterapkan pada dunia Hukum di Indonesia.
Selain itu masih terdapat kekurangan pada hal pengadaan infrastruktur teknologi telekomunikasi, multimedia. dan informasi yang merupakan prasyarat terselenggaranya IT untuk pendidikan. Hal itu didukung oleh penetrasi komputer (PC) di Indonesia yang masih rendah.
Keterbatasan anggaran tak bisa dipungkiri menyebabkan keterbatasan pengembangan pendidikan di tanah air. Namun demikian, kontribusi positif yang besar bagi perkembangan pendidikan, e-education menjadi salah satu solusi menerobos keterbatasan pendidikan konvensional yang berlaku saat ini. Untuk itu bagaimanakah seharusnya agar penerapan e-education dapat merata di tanah air, menjadi pemikiran kita bersama untuk mencari solusi terbaiknya.
Kata kunci : e-Education, e-Learning, pengertian, aplikasi, implementasi, manfaat, hambatan
I. PENDAHULUAN
Pesatnya kemajuan teknologi komunikasi, media dan informatika, serta meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global telah mengubah pola dan cara kegiatan yang dilaksanakan di berbagai bidang baik di bidang pendidikan, industri, perdagangan, dan pemerintahan maupun sosial politik. Perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat informasi (information society) telah menjadi paradigma global yang dominan. Kemampuan untuk terlibat secara efektif dalam revolusi jaringan informasi akan menjadi daya pendorong dalam mendukung kegiatan di berbagai bidang.
Di lingkungan pendidikan, penerapan Teknologi Informasi dalam kegiatan belajar mengajar, sebagai fasilitas pendukung, merupakan landasan dalam membangun lingkungan e-Education / e-Learning. Dengan dijalankannya e-Learning, perkembangan pendidikan terbuka untuk model belajar jarak jauh (Distance Learning).
Kemudahan untuk dan jarak jauh perlu dimasukan sebagai strategi utama e-Learning. Sharing resource bersama antar lembaga pendidikan / latihan dalam sebuah jaringan. Perpustakaan & instrumen pendidikan lainnya (guru, laboratorium) berubah fungsi menjadi sumber informasi daripada sekedar rak buku. Akses internet , penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif dan multimedia dalam pendidikan, secara bertahap akan membantu kelancaran kegiatan belajar mengajar yang akan mengoptimalkan e-Education / e-Learning.
E-learning atau E-education menawarkan solusi untuk masalah-masalah pendidikan di Indonesia. Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) yang diatur dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 adalah bentuk pembelajaran yang akan efektif bila dilakukan dengan e-education. Electronic Education atau e-education adalah pendidikan dengan menggunakan alat bantu elektronika, yang mengandalkan keunggulan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau lebih dikenal dengan istilah Information and Communication Technology (ICT). Pemanfaatan PJJ dengan e-education untuk negara kepulauan seperti Indonesia ini adalah amat penting karena akan dapat menjangkau berbagai daerah, termasuk daerah terpencil. Pendidikan akan dapat diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat dalam jumlah besar, baik yang muda maupun yang tua, yang kaya maupun yang miskin. Dengan keunggulan e-education, maka sistem ini juga akan merupakan pilihan untuk meningkatkan karir bagi mereka yang ingin belajar tetapi tidak punya waktu khusus untuk menempuh pendidikan atau bagi yang ingin belajar tetapi tempat tinggalnya berjauhan dengan sumber belajar. Selanjutnya, dengan e-education maka masyarakat akan dapat menilai kinerja lembaga penyelenggara pendidikan. Bila penilaian dirasa negatif, maka melalui e-education pun saran-saran perbaikan dapat disampaikan tanpa harus menemui pejabat yang bersangkutan.
Pemenuhan terhadap tuntutan standart kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui pembangunan lingkungan e-Education/e-Learning di mana lembaga yang memiliki kurikulum pendidikan yang standart dan berkualitas dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkan. Memang disatu sisi sejumlah sekolah yang masih lemah kurikulumnya akan terancam keberadaan dengan terciptanya sistem pendidikan virtual ini. Namun daerah lain yang masih mengalami kesulitan dalam menyediakan sarana pendidikan berkualitas, e-Education/e-Learning menjadi solusi konkrit yang standart dan murah.
Dengan diterapkannya e-Education sebuah sekolah dapat lebih mudah beradaptasi dengan perkembangan terakhir dunia pendidikan melalui model e-Education ini, karena perubahan dan penyesuaian materi pendidikan dapat dilakukan dengan mudah dan jauh lebih murah dibandingkan dengan model sekolah tradisional.
Model e-Education menawarkan fleksibilitas dan mobilitas bagi pengaksesnya. Tidak ada alasan soal waktu dan tempat lagi bagi masyarakat usia sekolah, karena proses belajar mengajar yang terjadi dalam e-Education/e-Learning tidak mengikat waktu dan tempat.
Dalam lingkungan e-Education, kecepatan transfer dan distribusi ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat. Setiap saat materi pendidikan baru dapat segera disajikan. Sementara itu melalui jaringan global, informasi tentang materi itu dapat terdistribusi sampai ke kota-kota kecil hanya dalam hitungan menit dan detik.
Sebagai negara besar yang terdiri dari 17 ribu pulau dengan luas 5.193 ribu km persegi, jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa dengan penyebaran yang tidak merata, dan perkembangan fasilitas pendidikan yang kurang memadai, menyebabkan permintaan terhadap pendidikan tidak terpenuhi baik secara kuantitas maupun kualitas. Lembaga pendidikan masih belum cukup jumlahnya dan lebih banyak terdapat di kota-kota besar, sedangkan sebagian besar penduduk berada di daerah pedesaan. Juga perkembangan penduduk yang cepat yaitu 2,27 % per tahun tidak seimbang dengan peningkatan daya tampung SMA dan Perguruan Tinggi yang rendah. Di samping itu, masih belum meratanya pembangunan ke daerah-daerah mengakibatkan juga kesenjangan kualitas pendidikan di Jawa dengan luar Jawa.
Khususnya di Sumatera Selatan, yang terdiri dari banyak kabupaten/kota, 80% sekolah berada di daerah (pada tingkat kabupaten/kota atau kecamatan bahkan di pedesaan). Hanya sedikit sekali sekolah yang berada diperkotaan dan dari yang sedikit tersebut, masih dapat dihitung dengan jari – sekolah sekolah yang sudah menggunakan ICT sebagai media pembelajaran yang terkonek dengan internet, yang mudah diakses oleh seluruh siswa. Sekolah-sekolah tersebut adalah sekolah yang sudah ”dilabelkan” sebagai Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).
Dengan adanya program pendidikan gratis di Sumsel, sulit bagi sekolah reguler – yang belum berstandar RSBI atau SBI – untuk mengembangkan sekolah. Hal ini dikarenakan ”diharamkannya” sekolah mengakumulasi bantuan dari stekholder. Sedangkan sekolah yang sudah ditetapkan oleh pihak pemerintah sebagai RSBI atau SBI, untuk mengembangkan sekolah, selain mendapat bantuan khusus dari pemerintah untuk pengembangan sekolah tersebut, juga masih diperkenankan menarik kekurangan biaya sekolah dari program pendidikan gratis.
Namun demikian, untuk mengembangkan sekolah yang ber Hi-Tech – yang learning and education system nya sudah secara elektronik – pemerintah pusat akan terus mendorong tumbuhnya sekolah dengan status atau dilabelkan RSBI. Khusus di Sumsel, program pemerintah tersebut sejalan dengan program kerja Dinas Pendidikan Provinsi, dan sejalan dengan Instruksi Gubernur (Alex Noedin) bahwa pada tahun 2013 mendatang, Sumsel akan memiliki 30 RSBI dan 19 SBI untuk tingkat SMA sederajat. Saat ini, dari 790 SMA sedarajat baru ada 24 RSBI tanpa SBI. Untuk tingkat SMP sederajat dari 1.382 sekolah, baru 4 RSBI dan 3 SBI (2 berada di Kota Palembang, 1 di kota Pagar Alam) Sedangkan untuk tingkat Sekolah Dasar sederajat, dari 3.981 sekolah, baru 4 sekolah yang RSBI, tanpa SBI. (Sumeks : edisi 7 Juni 2010)
Keterbatasan anggaran tak bisa dipungkiri menyebabkan keterbatasan pengembangan pendidikan di tanah air. Namun demikian, kontribusi positif yang besar bagi perkembangan pendidikan, e-education menjadi salah satu solusi menerobos keterbatasan pendidikan konvensional yang berlaku saat ini. Untuk itu bagaimanakah seharusnya agar penerapan e-education dapat merata di tanah air, menjadi pemikiran kita bersama untuk mencari solusi terbaiknya.
Melihat hambatan dan keterbatasan yang ada, penerapan e-education di Indonesia bukan hal mudah untuk diterapkan secara merata dalam waktu dekat ini. Namun, hal itu bukanlah angan kosong yang tak mungkin terealisasi. Dalam hal ini, kebijakan pemerintah menjadi salah satu support yang harus ada. Lantas sejauhmana penerapan teknologi informasi pada dunia pendidikan di Indonesia sendiri?
Penggunaan e-education meski sudah dikenal namun masih belum familiar bagi dunia pendidikan di Indonesia. Pasalnya, pemanfaatan IT ini di Indonesia baru memasuki tahap mempelajari berbagai kemungkinan pengembangan dan penerapannya untuk bidang pendidikan.
Dengan demikian, sudah saatnya pemerintah termasuk para pelaku pedidikan memutar otak guna mencari formula yang tepat guna mengatrol mutu kualitas pendidik di Indonesia ini. Jika tidak, maka bangsa ini akan semakin tertinggal dari bangsa lain dari segala bidang kehidupan.
Selain itu, setiap sistem sekolah harus bersifat moderat terhadap teknologi yang memampukan mereka untuk belajar dengan lebih cepat, lebih baik, dan lebih cerdas. Dan penerapan teknologi informasi pada sektor pendidikan menjadi kunci untuk menuju model sekolah masa depan yang lebih baik yang dapat mencetak out put yang hi-tech dan berkualitas.
II. PEMBAHASAN
a. Pengertian e-Education/e-Learning
Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvesional ke arah pendidikan yang lebih terbuka (Mukhopadhyay M, 1995)
“Flexible Learning” Pendidikan tanpa Sekolah (Deshooling Society), yang secara extrimnya guru tidak lagi diperlukan.(Ivan Illich : awal 70an)
Meramalkan bahwa pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (flexsible), terbuka dan dapat diakses oleh siapapun juga yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia maupun pengalaman pendidikan sebelumnya. (Bishop G, 1989)
Pendidikan mendatang akan lebih ditentukan oleh jaringan informasi yang memungkinkan berinteraksi dan kolaborasi, bukannya gedung sekolah. (Mason R, 1994)
Teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan dan latihan dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi. (Tony Bates, 1995)
Pendekatan pendidikan dan pelatihan nantinya yang akan bersifat saat itu juga (just on time). Teknik pengajaran baru akan bersifat dua arah, kolaboratif dan inter-disipliner. (Alisjahbana I, 1996)
Memprediski penggunaan Multimedia Communication (CMC) yang bersifat sinkron dan asinkron. (Romiszwki & Mason, 1996)
Sistem pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran (Inggris: Electronic learning disingkat E-learning) adalah cara baru dalam proses belajar mengajar. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung.
Banyak istilah yang dapat dijumpai dalam lingkungan pendidikan berbasis Internet ini, seperti e-Education, m-Educasion dan i-Education. Apa perbedaan dari ketiga istilah tersebut?
e-Education sebenarnya merupakan system pendidikan berbasis media elektronik, seperti radio dan televisi. Misalnya kuliah subuhatau program pelejaran yang disajikan dalam Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Namun berhubung sistem e-Education lebih dikenal oleh masyarakat luas ketika Internet digunakan sebagai media pendidikan, maka masyarakat luas yang menggunakan Internet sebagai media utamanya.
Oleh karana paradigma tentang e-Education yang dipahami saat ini adalah pendidikan berbasis internet, maka selanjutnya digunakan sebagai pemahaman
Sementara itu, pola e-Education ini terus berkembangseiring dengan perkembangan teknologi yang ada hingga tercipta system ponsel. Dengan sistem ponseldi mana skses telepon dapat dilakukan tanpa kabel, paka berkembanglah protokol-protokol baru seperti Wireless Application Protocol (WAP) yang memungkinkan akses internet melalui media komunikasi ponsel di mana sebuah komputer notebook yang terhubung ke sebuah ponsel dapat melakukan akses Internet. Bahkan kini, sejumlah peralatan ponseldapat langsung nengakses Internet.
Oleh karena itu sistem e-Education dimungkinkan untuk diakses melalui berbagai terminal di berbagai tempat sesuai dengan mobilitas pengaksesannya, sehingga lahirlah istilah mobile Education yang disingkat dengan istilah m-Education.
Selanjutnya sistem e-Education kurang menarik bila tidak mampu berinteraksi dengan pengaksesnya. Oleh karena itu para pakar mencoba untuk terus meneliti hingga akhirnya dapat tercipta sistem e-Education yang interaktif yang disebut dengan istilah interactive Education atau disingkat menjadi i-Education di mana pengakses sistem seakan-akan dapat melakukan dialog dengan sistem education tersebut, baik melalui pesan maupun kotak-kotak dialog yang dibangun dalam sistem tersebut.
Pembelajaran on-line adalah pembelajaran yang menggunakan internet untuk menyampaikan bahan ajar kepada siswa yang dipisahkan oleh waktu atau jarak, atau keduanya (Dempsey & Eck, 2002). Medium yang digunakan adalah sistem komunikasi jaringan.
Pembelajaran on-line harus memperhatikan hal-hal berikut :
• Hasil belajar yang diinginkan (learning outcomes) internet lebih bermanfaat untuk hasil belajar kognitif ketimbang pengembangan keterampilan psikomotor (psychomotor skill development) atau perubahan sikap (attitudinal change)
• Penggunaan konsep interactions dan interactivity seringkali dikacaukan antara penggunaan konsep interaksi dengan konsep interaktif. Interaksi merujuk kepada keterlibatan perilaku dimana secara langsung saling mempengaruhi; interaktif merujuk kepada lingkungan belajar dua arah
• Lingkungan on-line sebagai komunitas belajar meskipun tampaknya sebagai perolehan pengalaman yang terisolasi karena hanya berhadapan pada komputer, tetapi dapat dirancang untuk membentuk komunitas belajar seperti perancang, tutor kelompok, kolaborasi sehingga berkembang kreativitas dan partisipasi
b. Sejarah e-Education/e-Learning
E-pembelajaran atau pembelajaran elektronik pertama kali diperkenalkan oleh universitas Illinois di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruction ) dan komputer bernama PLATO. Sejak itu, perkembangan E-learning dari masa ke masa adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan AUDIO) DALAM FORMAT mov, mpeg-1, atau avi.
2. Tahun 1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara massal.
3. Tahun 1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak , dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, SCORM, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.
4. Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS menuju aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah, dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia , video streaming, serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar, dan berukuran kecil.
Sebelum kata e-Learning menjadi populer banyak istilah yang telah digunakan seperti contoh berikut ini:
• Pembelajaran jarak jauh (open distance learning).
• Pembelajaran berbasis web (web based training).
• Pembelajaran berbasis komputer (computer based training).
• Pembelajaran berbasis teknologi (technology based training).
• Pembelajaran secara online (online learning).
c. Konsep, Ruang Lingkup dan Komunitas E-Education
Konsep pendidikan dengan menggunakan inetrnet sebagai media disebur e-education dari kata e yaitu electronic dan education (pendidikan). E-education sendiri mempunyai pengertian:
* Pada prinsipnya bukan hanya membangun halaman Web
* Tidak hanya berkaitan dengan soal teknis mendigitalkan informasi sekolah melalui internet
* Mampu menghadirkan suasana ilmiah di dubia cyber
Melalui konsep e-education yang menitikberatkan pembelajaran melalui media komputer dan internet diharapkan para pelajar dan mahasiswa dapat lebih memperluas ruang geraknya dalam memperoleh pendidikan sehingga tidak terpaku pada keterbatasan kapasitas institusi dan sarana prasarana lainnya.
Pengertian dari konsep e-deucation adalah :
• Sebuah sistem virtual, pararel dengan sistem nyata/fisis
* Bukan sekedar network, internet dan aplikasi berbasis Web
* Komponen-komponen non fisis, materi kuliah, tugas, diskusi, ujian dan sebagainya disajikan dalam format virtual
Ruang lingkup e-education adalah:
* System informasi e-education
* Chatting
* News group
* Web page
* Rencana belajar
* Konsultasi elektronik
* E-laboratory
* E-books
* E-news
* Vidio conference
Komunitas E-Education adalah :
* Internal
* Penyelenggara institusi pendidikan
* Guru
* Siswa
* Eksternal
* LSM yang konsern terhadap pendidikan
* Pemerintah
* Pengguna lulusan
* Agen pendidikan
* Orang tuan siswa
* Penerbit e-book, e-media
* Penyedia infrastruktur e-education
* Forum lembaga pendidikan
d. Urgensi e-Education pada Institusi Pendidikan di Indonesia
Electronic Education atau disingkat (e-Education) merupakan sebuah terobosan baru di bidang pendidikan yang terbukti mampu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan itu sendiri. Kehadirannya banyak memberikan kontribusi positif bagi aktivitas dan proses pendidikan.
Salah satu implikasi dalam implementasi E-education adalah fasilitas jaringan International Network (Internet). Keberadaan Internet tak bisa dipungkiri mampu membuka hampir semua sumber berbagai informasi yang tadinya susah diakses. Karenanya, akses terhadap sumber informasi bukan menjadi masalah lagi. Adanya Internet memungkinkan seseorang dapat mengakses berbagai informasi dari seluruh penjuru dunia.
Khusus dalam dunia pendidikan, keberadaan internet sangat urgens dalam mengakses berbagai informasi yang berkaitan dengan materi/informasi yang dibutuhkan para pelau pendidikan (murid dan guru). Selain itu, fasilitas revolusi teknologi informasi milenium III itu memungkinkan seluruh perangkat pendidikan untuk saling berinteraksi. Para pelaku pendidikan dapat saling tukar menukar informasi. Tanpa adanya Internet, mungkin banyak tugas sekolah atau thesis yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan.
Informasi yang diwakilkan oleh komputer yang terhubung dengan internet sebagai media utamanya telah mampu memberikan kontribusi yang sedemikian besar bagi proses pendidikan. Teknologi interaktif ini memberikan katalis bagi terjadinya perubahan mendasar terhadap peran guru –dari informasi ke transformasi–.
Oleh karena itu, mungkin sudah saatnya seluruh institusi pendidikan yang dimotori oleh pemerintah mulai menerapkan teknologi informasi ke dalam sektor pendidikan melalui E-education-nya. Selain itu, banyak aspek dapat diajukan untuk menjadi sejumlah alasan untuk mendukung pengembangan dan penerapan IT untuk pendidikan dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas pendidikan nasional Indonesia. Salah satu aspeknya ialah kondisi geografis Indonesia yang berkarakteristik terpencar-pencar dari satu pulai ke pulau lainnya.
Karenanya, E-education dapat menjadi fasilitator utama untuk meratakan pendidikan di bumi nusantara. Sebab karakteristik dari model ini mengandalkan kemampuan pembelajaran jarak jauh, sehingga tidak terpisah oleh jarak, ruang, waktu. Dengan demikian, daerah-daerah yang awalnya sulit disentuh dengan model pendidikan konvensional, tentunya akan teratasi dengan penerapan IT dalam bidang pendidikan ini (E-education).
Manfaat lain dari implikasi IT dalam dunia pendidikan adalah memungkinkan kerjasama antara pendidik yang yang dididik untuk berinteraksi kendati letaknya berjauhan secara fisik. Dahulu, seorang murid harus berjalan jauh terlebih dahulu untuk menemui gurunya guna mendiskusikan suatu masalah. Namun, kini, hal tersebut dapat dilakukan di rumah dengan mengunakan fasilitas jaringan internet (mailing, chating). Tugas sekolah, makalah dan bahan untuk penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui Internet, via email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring dan mailing list. Dengan demkian batasan jarak bukan menjadi masalah lagi.
Pesatnya perkembangan IT, khususnya internet, memungkinkan pengembangan layanan informasi yang lebih baik dalam suatu institusi pendidikan. Di lingkungan perguruan tinggi misalnya, pemanfaatan IT bertujuan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan, sehingga perguruan tinggi dapat menyediakan layanan informasi yang lebih baik kepada komunitasnya, baik di dalam maupun di luar perguruan tinggi tersebut melalui internet. Layanan pendidikan lain yang bisa dilaksanakan melalui sarana internet yaitu pengadaan materi kuliah secara online sehingga materi kuliah tersebut dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkan.
Pada tingkat pendidikan SMU, implikasi IT juga sudah mulai dilakukan kendati masih bersifat ”ekstrakurikuler” dan belum menjadi kurikulum utama yang diajarkan untuk siswa. IT belum menjadi media database utama bagi nilai-nilai, kurikulum, siswa, guru atau yang lainnya. Namun, kendati begitu, prospek untuk masa depan penggunaan IT di SMU cukup terbuka.
Selain itu, sharing information dapat dilakukan dnegan memanfaatkan jaringan internet yang sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan bersama-sama sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi.
Implikasi IT pada institusi pendidikan (e-Education) seperti di paparkan di atas merupakan sebuah aplikasi baru bagi dunia pendidikan di Indonesia. Kendati saat ini aplikasinya masih belum optimal bahkan masih berupa angan, karena teknologi yang masih terbatas serta ketersediaan perangkat software, hardware dan brainware (Sumber Daya Manusia) yang minim.
Namun, seiring perkembangan IT yang semakin pesat, maka di masa depan, e-Education akan menjadi pilihan yang tak bisa ditawar lagi implikasinya, sehingga diharapkan dapat tercipta suatu sistem belajar mengajar yang efektif yang diimpi-impikan oleh setiap ahli IT serta para pelaku dunia pendidikan di Indonesia.
e. Aplikasi e-Education
1. Silabus berbasis web
Agar peserta didik dapat mengetahui dengan pasti kurikulum yang akan diikuti selama masa pendidikannya, maka diharapkan silabus dapat dikonversi menjadi halaman web sehingga mudah diakses.
2. E-mail
Peserta didik dapat berkonsultasi secara elektronik dengan pendidikan, maka aplikasi e-mail, dengan pendidik, maka aplikasi e-mail akan sangat membantu bilamana disediakan.
3. Diskusi beralur
Fasilitas ini untuk melengkapi diskusi kelas biasa dengan model debat online yang hidup dan dapat dijalankan dengan teknologi bulletin board.
4. Forum diskusi elektronik
Melalui forum, pendidikan seakan dapat hadir untuk mengunjungi masing-masing peserta untuk memberikan pekerjaan tumah atau ahan diskusi untuk topic-topik yang menarik.
5. Bahan kuliah online
Digitalisasi dari materi perkuliahan yang disusun oleh pendidikan.
6. Buku nilai online
Perlu disediakan agar sewaktu-waktu peserta didik dapat melihat hasil belajarnya dan melakukan evaluasi pribadi atas presentasinya.
7. Ujian berbasis computer
Memungkinkan untuk diakses oleh para peserta didik bilamana ia telah menyelesaikan pemahaman terhadap materi-materi dari suatu topik atau mata pelajaran yang ia tekuni.
Suatu pendidikan jarak jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsur sebagai berikut :
1. Pusat kegiatan siswa
Sebagai suatu community web based distance learning harus mampu menjadikan sarana ini sebagai kegiatan mahasiswa.
2. Interaksi dalam grup
Para mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan materi-materi yang diberikan dosen/guru.
3. Sistem administrasi mahasiswa
Dimana para mahasiswa dapat melihat informasi mengenai status mahasiswa, prestasi mahasiswa, dll.
4. Pendalaman materi dan ujian
Biasanya dosen memberikan quiz singkat dan tugas yang bertujuan untuk pendalaman dari apa yang telah diajarkan serta melakukan test pada akhir masa belajar.
5. Perpustakaan digital
Terdapat berbagai informasi kepustakaan, tidak terbatas pada buku tapi juga pada perpustakaan digital seperti suara, gambar, dll.
6. Materi online diluar mata kuliah/pelajaran
Untuk menunjang perkuliahan, diperlukan juga bahan bacaan dari web lainnya.
f. Manfaat e-Education
Ada manfaat yang dapat dipetik baik oleh lembaga pendidikan, siswa dan masyarakat pada umumnya. Adapun rincian manfaat e-Education adalah sebagai berikut:
A. Bagi Lembaga Pendidikan
• Memperpendek jarak. Lembaga pendidikan dapat lebih mendekatkan diri dengan siswa-i di mana jarak secara fisik dapat diatasihanya dengan mengklik situsnya. Sementara itu birokrasi antara pendidik dan mahasiswa dapat dipersingkat, di mana siswa dapat langsungmengirimkan pesan dan melakukan konsultasi langsung melalui e-mail.
• Perluasan pasar. Jangkaun pasar peserta didik dapat menjadi luas di bandingkan dengan sistem pendidikan tradisional yang ”dibatasi” oleh lokasi.
• Perluasan jaringan mitra kerja. Selain perluasan pasar, lembaga pendidikan dapat juga melakukan perluasan jaringan mitra kerja. Secara tradisional sangat sulit bagi sebuah lembaga pendidikan untuk membangun berkomunikasi dengan lembaga atau perusahaan di luar kota atau bahkan di luar negeri. Namun melalui pembuatan situs lembaga maka kontak itu dapat dilakukan secara mudah, cepat dan murah
• Biaya terkendali. Lembaga pendidikan tidak perlu hadir secara fisik di berbagai kota dan penjuru dunia, namun dapat melakuikan prosespendidikan diberbagai lokasi. Disamping itu, perkuliahan tidak memperlukan biaya pembangunan fisik, dan pengturan jadwal kelas yang membebanipejabat jurusan dan universitas. Melalui sistem ini biaya komunikasi dapat ditekan serendah mungkin.
• Hemat. Melalui pola paperless di mana distribusi materi pendidikan, jawaban tes dapat dilakukan secara elektronik, sehingga dapat menghemat dari segi waktu untuk mengintegrasikan dengan data base yang ada di komputer pusat dan waktu pengiriman maupun biaya kertas dan prangko.
• Cash flow terjamin. Dengan sistem e-Education ini, cash flow lembaga akan terjamin, karena lembaga akan menerima pembayaran terlebih dahulu sebelum mengirim materi pendidikan yang dipesan siswa. Dengan pola seperti ini maka modul yang dibutuhkan relatif lebih kecil.
• Manfaat lainnya antara lain meningkatkan citra lembaga, meningkatkan layanan pendidikan , menyederhanakan proses, meningkatkan produktivitas, mempermudah akses informasi, mengurangi biaya trasportasi dan meningkatkan fleksibilitas.
B. Bagi Siswa
• Hemat. Di mana siswa dapat mengukuti proses pendidikan setiap saat dengan akurat , cepat interaktif dan murah.
• Biaya terkendali. Biaya transport menuju lokasi sekolah, kemungkinan terjadinya kecelakaan atau perkelahian dapat ditekan serendah mungkin, karena semua prosesdapat dilakukan dari balik meja dan hanya mengklik mouse.
• Fleksibel. Siswa dapat mengikuti proses pendidikan dari berbagai tempat dengan berbagai kondisi, seperti dari rumah, tempat peristirahatan, warnet atau tempat-tempat lainnya. Siswa juga tidak perlu mengkondisikan dirinya untuk berpakaian dan berpenampilan rapi sebagaimana pendidikan tradisional.
C. Bagi Masyarakat pada Umumnya
• Lahirnya era e-Education membuka peluang kerja baru dengan pola kerja dan permodalan yang baru. Oleh karena itu e-Education tidak akan menggantikan sepenuhnya sistem sekolah tradisional, maka era ini memberi harapan bagi keteresediaan lapangan kerja baru.
• e-Education akan menjadi wahana kompetisi antar lembaga pendidikan yang mengglobal sehingga masyarakat dapat menikmati materi pendidikan berkualitas standar dengan harga kompetitif.
D. Bagi Dunia Akademis
• Lahirnya era e-Education memberi tantangan baru bagi dunia akademis untuk mempersiapkan SDM yang memahami dan menguasai bidang tersebut.
• Para peneliti ditantang untuk melakukan analisis terhadap pergeseran pola belajar, proses pendidikan dan pembayaran sistem kredit semesterdalam usaha menemukan kesepahaman baru dan pengembangan teori dan konsep baru.
• Sistem e-Educationjuga membuka kerangka baru dalam penjualan jasa pendidikan, di samping teknologi Internet yang memungkinkan dilakukannya akses materi pendidikan dari jarak jauh. Dari perkembangan itu, dunia akademis ditantang untuk menemukan pola pendidikan jarak jauh yang bermutu.
g. Ilusi Sekarang atau Realitas Masa Depan
Meskipun model e-Education ini memiliki daya pikat yang sangat besar, namun masih ada sejumlah tantangan dan keterlambatan yang harus diatasi. Hambatan e-Education di Indonesia meliputi antara lain:
a. Belum terbentuknya hight trust society. Perubahan budaya dari pola belajar konvesional yang menunjukkan siswa mengikuti proses pendidikan secara fisik menjadi hanya melihat layer monitor. Mengubah budaya tidak semudah membalik telapak tangan.apalagi etika pendidikan berbasis Internet yang sehat belum terumuskan dan tersosialisasi dengan baik. Tingkat kepercayaan masyarakat juga akan berakibat pada diragukannya validitas hasil ujiannya.
b. Pada umumnya harga pendidikan dapat ditekan, namun biaya untuk menyediakan teknologi pengaksesannya bertambah.
c. Sarana peralatan masih belum memadai. Saluran telekomunikasi public masih menggunakan jaringan lama dan untuk perbaikan jaringan atau pembangunan jaringan baru tidak cukup dana. Sementara itu, sarana teknologi komputer masih tergolong barang mewah, sehingga kepemilikannya masih sangat terbatas. Meskipun dapat ditempuh dengan memanfaatkan warnet, tetapi hal itu berarti adanya biaya tambahandiluar harga produk.
d. Masih sangat sedikit SDM memahami dan menguasai dengan baik benar konsep dan implementasi teknologi informasi dan penerapannya dalam dunia pendidikan. Namun sebaliknya juga usaha dan ketertarikan diri SDM untuk memahami teknologi masih tergolong rendah.
e. Layanan pendukung utama seperti jasa pos masih membutuhkan pembenahan dan peningkatan, sehigga jeda waktu dari terjadinya transaksi pembelian buku atau modul hingga diperolehnya barang tersebut oleh pembeli tidak terlalu lama.
f. Adanya tindak kejahatan penyalahgunaan kartu kredit, sehingga masyarakat mengalami phobia terhadap mekanisme e-Education yang menyertakan nomor kartu kredit dalam formulir transaksi.
g. Belum lagi masalah perbedaan platform yang digunakan di dalam lembaga pendidikan. Perbedaan platform ini meliputi pola format pencatatan dan laporan, prosedur, sietem waktu, budaya, hukum dan sebagainya.
h. Pihak lembaga dan siswa masih menunggu sistem e-Education stabil sebelum mereka memanfaatkannya secara optimal. Di samping itu,para pengelola lembaga masih mencobauntuk menguasai medan pendidikan lewat Internet ini.
i. e-Education masih dipandangsebelah mata sebagai sistem yang sulit dioperasikan dan belum ada aturan yang jelas daripemerintah.
j. Perubahan pola siswa yang cenderung pasif dan menunggu materi pendidikan menjadi siswa yang aktif dalammencari materi pendidikan.
k. Etika dan moralitas masih belum mendapat tempat yang tepat, sehingga sistem e-Education dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan pelanggaran etika dan moralitas, seperti menjajakan situs pornografi.
l. Sudah terlanjur tersedia gedung-gedung sarana pendidikan, sehingga pengelola lembaga pendidikan harus melakukan relokasi tempat yang tersedia itu.
m. Sementara itu e-Education ini tampaknya digunakan untuk membidik segmen pasar tertentu, mengingat persyaratan ketrampilan dan kemampuan yang harus terpenuhi untuk menjadi mengakses model tertentu. Belum lagi kemampuan untuk melakukan pemeliharaan terhadap situs yang dibuat tidak sebanding dengan tuntutan akademisi untukmemperoleh informasi terkini.
n. Di samping itu, usaha penyebarluasan alamat situs juga masih menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagilembaga pendidikan yang terlah membangun situs Web-nya.
Meskipun tantangan dan hambatan nyata yang terhampar di depan mata sedemikian banyakdan berat,namun para pengelola lembaga yang mengidolakan e-Education tak perlu surut. Mengapa demikian? Jika memperhatikan tingkat pertumbuhan pengguna Internet dalam 5 tahun terakhir ini mencapai rata-rata 100% pertahunnya. Fantastis
h. Hambatan Implementasi e-Education pada Institusi Pendidikan
Jika memang IT dan Internet memiliki banyak manfaat, tentunya hal tersebut harus segera diimplikasinya. Namun ternyata, implikasi IT terutama menerapkan e-Education pada institusi pendidikan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak sekali kendala di Indonesia yang menyebabkan IT dan Internet belum dapat digunakan seoptimal mungkin pada institusi pendidikan. Apalagi, kesiapan pemerintah sendiri masih patut dipertanyakan dalam hal ini?
Salah satu penyebab utama adalah kurangnya ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) atau brainware, serta sejumlah kendala krusial lainnya, seperti proses transformasi teknologi, infrastruktur telekomunikasi dan perangkat hukumnya yang mengaturnya. Soalnya, infrastruktur hukum yang melandasi operasional pendidikan di Indonesia belum cukup memadai untuk menampung perkembangan baru berupa penerapan IT untuk pendidikan ini. Apalagi, seperti diketahui bahwa Cyber Law (undang-undang tentang dunia maya (internet-red) belum diterapkan pada dunia Hukum di Indonesia.
Selain itu masih terdapat kekurangan pada hal pengadaan infrastruktur teknologi telekomunikasi, multimedia. dan informasi yang merupakan prasyarat terselenggaranya IT untuk pendidikan. Hal itu didukung oleh penetrasi komputer (PC) di Indonesia yang masih rendah.
Biaya juga merupakan kendala utama, karena biaya penggunaan jasa telekomunikasi relatif masih mahal, sehingga jaringan telepon masih belum tersedia di berbagai tempat di seluruh wilayah Indonesia..
Karenanya, perlu dipikirkan akses ke Internet tanpa melalui komputer pribadi di rumah. Salah satunya dengan memperluas jaringan akses ke internet yang seluas-luasnya dan sebanyak-banyaknya melalui fasilitas internet di kampus, sekolahan, dan bahkan melalui warung internet.
Hal tersebut tentunya dihadapkan kembali kepada pihak pemerintah maupun pihak swasta; toh pada akhirnya semuanya terpulang kembali kepada pihak pemerintah. Sebab, pemerintah-lah yang dapat menciptakan iklim kebijakan dan regulasi yang kondusif bagi investasi swasta di bidang pendidikan.
Namun, yang jadi persoalan, apakah pemerintah punya waktu untuk memikirkan persoalan ini? Di saat pemerintah masih bingung dalam mencari formulasi sistem pendidikan yang terus berganti-ganti.
Sementara pemerintah masih berkutat dengan kebijakannya serta pelit untuk mengalokasikan dana untuk kebutuhan pendidikan. Negara-negara yang nota nebe dahulu berada di bawah Indonesia dari segi teknologi, sebut saja Malaysia dan Thailand, saat ini sedang gencar-gencarnya melakukan revolusi pendidikan melalui penerapan IT pada sejumlah institusi pendidikan.
i. Peran Serta Pemerintah - Masyarakat
1. Peran Pemerintah
Melihat hambatan dan keterbatasan yang ada, penerapan e-education di Indonesia bukan hal mudah untuk diterapkan secara merata dalam waktu dekat ini. Namun, hal itu bukanlah angan kosong yang tak mungkin terealisasi. Dalam hal ini, kebijakan pemerintah menjadi salah satu support yang harus ada. Lantas sejauhmana penerapan teknologi informasi pada dunia pendidikan di Indonesia sendiri?
Penggunaan e-education meski sudah dikenal namun masih belum familiar bagi dunia pendidikan di Indonesia. Pasalnya, pemanfaatan IT ini di Indonesia baru memasuki tahap mempelajari berbagai kemungkinan pengembangan dan penerapannya untuk bidang pendidikan.
Kendati upaya-upaya peningkatan kualitas mutu serta kuantitas yang membawa nama pendidikan telah dilakukan oleh pihak pemerintah. Namun, usaha yang dilakukan pemerintah biasanya hanya bersifat konstitusional demi mendapatkan lulusan dari sekolah yang kompetitif dan siap bersaing secara global. Misalnya, dengan menetapkan angka batas minimal kelulusan Ujian Negara (UN) dengan nilai sebesar 4,00 dengan tidak digabung dengan poin pada ujian praktek ditambah lagi tanpa ujian praktek.
Akibatnya, alih-alih berusaha untuk memperbaiki mutu pendidikan, kebijakan tersebut justru membuat semua pihak yang terlibat di dunia pendidikan, terutama guru dan murid menjadi seperti ”dikejar target”. Karenanya, berbagai cara pun ditempuh guna mencapai nilai tersebut. Namun sayangnya, sejumlah upaya yang ditempuh sebagian sangat jauh dari nilai-nilai peningkatan mutu itu sendiri.
Malahan dari suara-suara kontra UN, kebijakan tersebut bisa dibilang ”membunuh” potensi sejumlah siswa yang memiliki bakat dan keterampilan pada bidang yang tidak di UN-kan. Sehingga ia akan menjadi rendah diri karena tidak lulus UN, padahal ia memiliki keahlian pada bidang lain, seperti sastra atau IT misalnya.
Dengan demikian, sudah saatnya pemerintah termasuk para pelaku pedidikan memutar otak guna mencari formula yang tepat guna mengatrol mutu kualitas pendidik di Indonesia ini. Jika tidak, maka bangsa ini akan semakin tertinggal dari bangsa lain dari segala bidang kehidupan.
Selain itu, setiap sistem sekolah harus bersifat moderat terhadap teknologi yang memampukan mereka untuk belajar dengan lebih cepat, lebih baik, dan lebih cerdas. Dan penerapan teknologi informasi pada sektor pendidikan menjadi kunci untuk menuju model sekolah masa depan yang lebih baik yang dapat mencetak out put yang hi-tech dan berkualitas.
2. Peran Pihak Swasta
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di tanah air, munculnya pendidikan yang dikelola pihak swasta menjadi alternatif pilihan baru. Terlebih lagi, jika kualitas pendidikan yang ditawarkan mempunyai nilai lebih dari pendidikan secara formal yang dikelola pemerintah. Tak heran, jika saat ini terutama di kota-kota besar, sekolah berlabel, sekolah international, sekolah global dan lain-lainnya mendapat tempat di masyarakat. Meskipun untuk itu, mereka harus rela mengeluarkan cost yang relatif lebih besar.
Untuk sekolah-sekolah berlabel seperti itu, penerapan e-education tampaknya lebih terkondisikan untuk diterapkan secara optimal, sepanjang kebijakan dan kemauan pihak sekolah mengarah pada hal tersebut.
Karenanya, kemauan kuat masyarakat untuk memperoleh pendidikan berkualitas tentunya menjadi peluang tersendiri bagi pihak swasta untuk menjadikan e-education sebagai lahan investasi sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan ditanah air. Namun demikian, ketertarikan pihak swasta untuk berinvestasi di dunia pendidikan tek lepas dari peran pemerintah melalui kebijakan yang berpihak kepada para investor.
Sehingga apakah kecanggihan IT dapat diterapkan secara merata di Indonesia, tentunya dihadapkan kembali kepada pihak pemerintah maupun pihak swasta; toh pada akhirnya semuanya terpulang kembali kepada pihak pemerintah. Sebab, pemerintah-lah yang dapat menciptakan iklim kebijakan dan regulasi yang kondusif bagi investasi swasta di bidang pendidikan.
II. KESIMPULAN
Di lingkungan pendidikan, penerapan Teknologi Informasi dalam kegiatan belajar mengajar, sebagai fasilitas pendukung, merupakan landasan dalam membangun lingkungan e-Education / e-Learning. Dengan dijalankannya e-Learning, perkembangan pendidikan terbuka untuk model belajar jarak jauh (Distance Learning).
Sistem e-Educationjuga membuka kerangka baru dalam penjualan jasa pendidikan, di samping teknologi Internet yang memungkinkan dilakukannya akses materi pendidikan dari jarak jauh. Dari perkembangan itu, dunia akademis ditantang untuk menemukan pola pendidikan jarak jauh yang bermutu.
Jika memang ICT dan Internet memiliki banyak manfaat, tentunya hal tersebut harus segera diimplikasinya. Namun ternyata, implikasi IT terutama menerapkan e-Education pada institusi pendidikan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak sekali kendala di Indonesia yang menyebabkan IT dan Internet belum dapat digunakan seoptimal mungkin pada institusi pendidikan.
Melihat hambatan dan keterbatasan yang ada, penerapan e-education di Indonesia bukan hal mudah untuk diterapkan secara merata dalam waktu dekat ini. Namun, hal itu bukanlah angan kosong yang tak mungkin terealisasi. Dalam hal ini, kebijakan pemerintah menjadi salah satu support yang harus ada.
Karenanya, kemauan kuat masyarakat untuk memperoleh pendidikan berkualitas tentunya menjadi peluang tersendiri bagi pihak swasta untuk menjadikan e-education sebagai lahan investasi sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan ditanah air. Namun demikian, ketertarikan pihak swasta untuk berinvestasi di dunia pendidikan tek lepas dari peran pemerintah melalui kebijakan yang berpihak kepada para investor.
Sehingga apakah kecanggihan IT dapat diterapkan secara merata di Indonesia, tentunya dihadapkan kembali kepada pihak pemerintah maupun pihak swasta; toh pada akhirnya semuanya terpulang kembali kepada pihak pemerintah. Sebab, pemerintah-lah yang dapat menciptakan iklim kebijakan dan regulasi yang kondusif bagi investasi swasta di bidang pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA :
1. Agoes TBLK, e-Learning Sebagai Solusi Permasalahan Pendidikan di Indonesia, 26 September 2006, 1:56 AM
2. berita8.com, e-Education Minimalkan Kesenjangan Dunia Pendidikan, 07 Juni 2010, diposkan 20 Nopember 1009, 14:52 AM
3. Denny Charter Blog, e-Education : Revolusi Sistem Pendidikan, 07 Juni 2010, diposkan 04 April 2008, 2:14 PM
4. E-Teknologi.com, Internet dan Pendidikan, diposkan oleh Education Website Network
5. Lukito Edi Nugroho (2007) : e-Education : Model Pendidikan Masa Depan di Indonesia
6. Syopian Blog. 21 Maret 2010, 07:27 AM, Ayo, bahu membahu terapkan e-education di Indonesia.
7. Sumatera Ekspres, Edisi Senin, 07 Juni 2010
8. Wahyupur.files.wordpress.com, Perkembangan e-Learning di Imdonesia, 07 Juni 2010, diposkan 19 Oktober 2009
9. Warta Ekonomi, 07 Juni 2010, 11:27,11 AM, Banyak Persoalan Hadang e-Education, diposkan oleh MAM, 04 Nopember 2008, 15:49
10. http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_Elektronik–Article
11. http://elearning.gunadarma.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=10
12. http://elearning.unpar.ac.id/
13. http://www.moodle.org/sites
14. http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=69
15. http://syopian.net/blogg?p=761
16. http://adrianto.ruangkopi.com/makalah/list_abstrak_6.php?recordID=116
17. http://journal.vii.ac.id/indexphp/Snati/article/viewfile/956/966
18. http://iwancourse.blogspot.com/2009/05/pemanfaatan -e-education-untuk.html